Sumsel.Goutara.com, Palembang – Dalam upaya meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap bahaya radikalisme, Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Raden Fatah bersama Pembangunan Institute menggelar kegiatan seminar radikalisme dengan tema “Upaya Penanganan dan pencegahan penyebaran paham radikal di lembaga pendidikan” yang dilaksanakan di Gedung Auditorium Fisip Kampus A UIN Raden Fatah Palembang, Rabu (28/05).
Kegiatan ini dihadiri oleh mahasiswa lintas angkatan dan menghadirkan narasumber dari Tim Pencegahan Densus 88 Sumsel, Ketua PCNU Kota Palembang, serta Instruktur Moderasi Beragama UIN Raden Fatah.
Dalam sambutannya, Ahmad Muhaimin selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi menyampaikan, Bahwa kolaborasi ini bertujuan membekali mahasiswa dengan kemampuan kritis dan literasi digital agar tidak mudah terpapar paham ekstrem karena berdasarkan hasil riset kampus Islam berpotensi disusupi paham radikal, sebab dalam kampus Islam berisikan mahasiswa yang homogen.
“Acara ini diselenggarakan oleh prodi ilmu komunikasi yang bekerjasama dengan pembangunan institut sebagai upaya memberikan pemahaman yang luas dan mendalam kepada mahasiswa supaya tidak terpapar paham radikal di perguruan tinggi, yang selanjutnya dapat di implementasikan dalam kehidupan sehari hari sebagai masyarakat yang berbangsa dan bernegara,” Ujarnya.
Dekan FISIP, Prof. Dr. Abdur Razzaq M.A, dalam sambutannya mengatakan, Belajar tidak hanya sebatas akademik keilmuan di kelas saja, tapi juga harus mengerti isu sosial dan peduli lingkungan sekitar. Isu radikalisme memang harus ada penanganan nyata, kegiatan ini merupakan implementasi nyata dalam upaya penanganan dan pencegahan paham radikal.
“Kita harus selalu waspada dengan penyebaran paham radikal di kampus, karena paham ini bisa datang kapan saja dan menyasar ke siapa saja. Maka kami dari Fisip UIN Raden Fatah Palembang mendukung penuh acara seminar ini sebagai langkah positif dalam menjaga mahasiswa uin supaya tidak terpapar paham radikal,” Ungkapnya.
Sebagai pemateri pertama, Muhammad Al Farizi dari Tim Pencegahan Densus 88 AT Sumsel, mengatakan, UIN Raden Fatah Palembang harus bisa menjadi role model gerakan toleransi dan moderat. Oleh sebab itu, Densus 88 siap mengawal dan mensukseskan asta cita presiden Prabowo Subianto dan wakil presiden Gibran Rakabuming Raka.
“Isi Asta Cita pada poin 1 dan 8 berisikan memperkokoh ideologi pancasila, demokrasi dan ham. Selanjutnya asta cita poin 8 menyebutkan memperkuat penyelarasan kehidupan yang harmoni dengan lingkungan, alam, budaya serta peningkatan toleransi antar umat beragama untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur,” Terangnya.
Berangkat dari asta cita pemerintah tersebut menjadi spirit bagi kami untuk menjaga dan mengawal Indonesia agar selalu kondusif dan damai, hal tersebut juga didorong dengan data yang menunjukkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan level resiko teroris rendah dengan data 2023 dan 2024 tidak terjadi teror bom atau zero attack.
“Ini semua berkat rakyat Indonesia yang bersatu dan menjaga kerukunan. Tindakan Intoleransi dapat menimbulkan kecendrungan untuk tidak menerima perbedaan, yang dapat mengarah kepada tindakan terorisme, radikalisme sehingga menyebabkan perilaku ekstrimisme yang dapat merugikan masyarakat dan memecah belah bangsa. Salah satu tindakan dari densus 88 sebagai upaya pencegahan dan penangan di era digital ini dengan memberikan ciri atau tanda konten radikal di media sosial,” Bebernya.
Perilaku intoleransi dan radikalisme harus diawasi sejak dini, sebab perilaku tersebut bisa saja datang kapan saja. Maka sangat Penting untuk memilah dan memilih buku bacaan dan juga guru dalam mendalami agama. Selanjutnya Pelaku teror dapat menyasar kepada siapapun, termasuk kesemua instansi yg ada di negara kita, maka kita harus tetap waspada.
“Potensi perilaku teror dapat menyebar ke siapa saja sebab doktrin kelompok teroris ialah surga, jadi barang siapa yg melakukan teror Mereka didoktrin akan mati syahid dan jaminan surga. Densus 88 sumsel selalu mensosialisasikan bahaya radikalisme dengan rutin dengan metode dialog dan diskusi yang melibatkan seluruh unsur masyarakat,” Ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Muhammad Al Farizi menjelaskan langkah-langkah pencegahan paham radikal, diantaranya:
1. Melakukan deteksi diri ke siapa pun
2. Partisipatif, meningkatkan partisipasi pengawasan dan melaporkan ke pihak berwenang jika ada yang mencurigakan
3. Berperan aktif dan komitmen menjaga persatuan
4. Sinergitas dengan dialog maupun diskusi dengan yang ahli
5. Pentingnya membangun kesadaran
Adapun fondasi dalam menangkal radikalisme ialah dengan melawan pelaku radikalisme dan intoleran yang merupakan tanggung jawab bersama, menghargai perbedaan, menciptakan suasana harmoni dan toleransi.
“Pesan terakhir, Mengapa indonesia masih aman ditengah keberagaman karena Indonesia memiliki 4 konsensus bernegara sehingga Indonesia menjadi field project percontohan perdamaian dunia,” Tukasnya.
Materi Kedua, Abdul Malik Syafei selaku Ketua PCNU Kota Palembang, menyampaikan, Bahwa radikalisme merupakan pemikiran atau paham sementara dari terorisme yang mengarah pada tindakan dan perbuatan. NU berfokus pada radikalisme dengan memerangi pemikiran yang radikal dan mengisi pemikiran yang moderat.
Lembaga pendidikan menjadi magnet dari radikalisme karena didalam kampus banyak mahasiswa yang masih mencari jati diri, memiliki idealisme tinggi dan akses informasi yg mudah. Peran strategis NU dalam menangkal radikalisme ialah dengan sejak awal NU menanamkan paham Islam Ahlussunnah wal jamaah yang moderat, toleran dan inklusif.
“Ini merupakan benteng utama dalam menghadapi radikalisme, langkah konkretnya adalah penguatan pemahaman agama yang moderat, pendidikan multikultural dan toleransi. Literasi digital dan media, peran dosen, guru dan civitas akademika, serta keterlibatan alumni dan organisasi kemahasiswaan,” Terangnya.
Abdul Malik menegaskan Bangsa Indonesia bisa tetap utuh karena diajarkan mencintai tanah air karena itu bagian dari pada iman “kalam Mbah Hasyim As’ari Pendiri NU”
Materi Ketiga, Qoim Nurani selaku Instruktur Nasional Moderasi Beragama mengatakan, Dalam hidup berbangsa dan bernegara kita tidak harus sama, inilah cara pandang yang paling baik untuk tidak berpaham radikal. Maka kita hidup berbangsa harus menerima perbedaan untuk dapat hidup rukun dan menjaga persatuan.
Salah satu indikator orang dapat bersikap moderat ialah harus cerdas, maka uin raden fatah palembang terus memberikan keilmuan dan mendorong kecerdasan mahasiswanya dengan tidak mengintervensi pemikirannya atau memberikan kebebasan berfikir.
“Berkembangnya semangat beragama yang tidak selaras dengan kecintaan berbangsa dalam bingkai NKRI adalah sebuah hal yang membahayakan, artinya mahasiswa juga harus mampu menyeimbangkan antara semangat beragamanya dan semangat berbangsanya,” Ucapnya.
Semangat beragama baik dan bagus tapi jangan sampai membuat sikap merasa paling benar sendiri, itulah hal yang berbahaya.
“Hari ini, era kita harus mengerti kondisi masing-masing dimulai menjaga diri untuk tidak terpapar paham radikal. Mahasiswa harus mampu mengambil peran untuk menyebarkan perilaku moderat dengan memanfaatkan dunia digital dan media sosial. Mahasiswa harus mencoba terjun langsung seperti membuat konten yang narasinya kontra dengan perilaku radikalisme dan intoleransi. Salah satu contoh perilaku toleransi ialah dengan memaklumi praktek ibadah maupun cara berpakaian yang dipakai yang berbeda dengan apa yang ia pahami,” pungkasnya. (Rudi)