Kampanye 02 Sepi, Dampak Dari Perlawanan Internal Partai Golkar

Jakarta – Kampanye terbuka pemilu presiden dan wakil presiden sudah berlangsung lebih dari dua pekan sejak tanggal 11 Januari 2024 lalu. Namun terlihat di lapangan, kampanye pasangan Prabowo-Gibran sepi atribut dan kehadiran massa pendukung Partai Golkar.

Hal ini dikemukakan deklarator Kaukus Muda Beringin pendukung Ganjar-Mahfud, Ton Abdillah Has. Menurut Ton, kampanye penolakan terhadap Capres-cawapres yang diusung DPP Partai Golkar menjadi salah satu pemicu kegagalan mobilisasi tersebut.

“Dukungan pada Prabowo -Gibran bukan saja menabrak keputusan Munas, melainkan juga abai aspirasi dan tidak melalui proses demokratis. Terlebih, pencalonan Gibran melalui Partai Golkar telah melukai semangat pengurus, caleg, kader hingga para senior,” tegas Ton Abdillah.

Apa yang dilakukan segelintir fungsionaris membentuk kaukus perlawanan, menurut mantan pengurus pleno DPP Partai Golkar dan Ketua Umum Angkatan Muda Majelis Dakwah Islamiyah ini, telah memicu keberanian struktur dan caleg Golkar untuk membangkang.

“Kita bisa lihat di hampir semua kampanye terbuka Prabowo-Gibran, hanya dihadiri selegelitir pengurus daerah dan caleg nomor atas. Ini bukti sahih, keputusan bisa dipaksakan tapi antusiasme dan militansi tidak bisa dibeli,” tandas mantan aktivis kemahasiswaan dsn kepemudaan ini.

Menurut Ton, baik secara figur Capres-cawapres, maupun kerjasama koalisi, massa Golkar lebih tepat mendukung Ganjar-Mahfud.

“Ganjar-Mahfud secara simbolis mewakili sosok nasionalis-religius, dan secara ceruk dukungan partai, Golkar dan PDIP tidak beriirisan, tidak saling menegasikan. Berbeda dengan Gerindra-Demokrat atau Nasdem,” tutup Ton.

Menanggapi hal ini, pengamat komunikasi politik Ari Junaedi mengamini tergerusnya dukungan massa Golkar pada pasangan Prabowo-Gibran. Ari menyebut, sebagai partai besar tentunya Golkar enggan menjadi aksesoris di koalisi 02.

“Hal tersebut menandai kegagalan komunikasi politik elit golkar, baik ke ruang publik yang terlihat pada prosesi akuisisi Gibran maupun ke internal partai. Akibatnya, pengurus hingga massa pendukung Golkar tidak menemukan alasan untuk habis-habisan mendukung Prabowo-Gibran,” ujar Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama ini.

Lebih jauh Ari menghawatirkan, kondisi ini cukup mengancam daya saing Golkar dalam pemilu legislatif. Menurut Ari, kemunculan kelompok perlawanan seperti Kaukus Beringin Muda tidak saja meningkatkan dukungan pada Ganjar-Mahfud, melainkan juga mendongkrak perolehan suara legislatif.

“Caleg-caleg Golkar di basis paslon 03 mendapat portofolio komunikasi politik ke basis pemiih guna mengamankan dukungan untuk pemilu legislatif,” terang dosen pascasarjana di berbagai universitas di tanah air ini. (Rls)